Breaking News

Balai Arsip Statis dan Tsunami, Wancarai Prof. Dr. Yusri Yusuf: Bedah Buku Kisah Penyintas Sejarah "Tsunami Aceh"

BANDA ACEH | Balai Arsip Statis dan Tsunami – Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) kembali melakukan dokumentasi sejarah lisan dengan mewawancarai seorang akademisi dan sekaligus penulis yang telah mengumpulkan kisah penyintas Tsunami Aceh, Prof. Dr. Drs. Yusri Yusuf, M.Pd, di Kantin FKIP Universitas Syiah Kuala. 

Wawancara yang dipandu oleh Arsiparis Ahli Pertama Eka Husnul Hidayati, S.H., ini menjadi ruang refleksi mendalam tentang pengalaman pribadi Prof. Yusri dan upayanya mengabadikan kisah-kisah penyintas dalam buku karyanya, "Tsunami dari Kisah Mereka."

Sebagai dosen tetap di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) USK, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Prof. Yusri menceritakan kembali peristiwa tsunami 26 Desember 2004 yang hingga kini membekas di ingatannya. 

Tidak hanya sebagai saksi hidup, beliau juga terdorong untuk merekam kisah-kisah nyata dari orang-orang yang selamat dari gelombang dahsyat tersebut, yang datang dari latar belakang kehidupan yang beragam.

“Setiap cerita yang saya dengar bukan hanya soal kehilangan, tetapi juga tentang bagaimana mereka menghadapi luka dengan keikhlasan dan ketangguhan yang luar biasa. Proses mendengarkan mereka, satu per satu, mengajarkan saya makna sabar dan ikhlas yang sesungguhnya,” ujar Prof. Yusri.

Di penghujung sesi, Host Eka Husnul Hidayati, S.H., dengan penuh haru bertanya kepada Prof. Yusri, "Prof, seandainya saat ini di hadapan Prof hadir para penyintas tsunami, atau bahkan orang-orang yang kisahnya pernah Prof dengarkan dan abadikan, apa yang ingin Prof sampaikan kepada mereka?" 

Mendengar pertanyaan itu, Prof. Yusri dengan mata berkaca-kaca menyampaikan, “Saya ingin memeluk mereka semua dan menangis kembali seperti waktu itu saat mendengarkan kisah-kisah mereka. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena mereka telah berbagi pengalaman hidup yang begitu berat, namun tetap menerima takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh keikhlasan dan ketegaran.”

Beliau juga menuturkan bahwa perjumpaannya dengan para penyintas tsunami telah menumbuhkan rasa empati yang sangat dalam, membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih berusaha memahami dan menghargai orang lain.

Kata-kata Prof. Yusri yang penuh ketulusan itu menjadi pengingat bagi kita semua bahwa peristiwa tsunami Aceh bukan sekadar catatan sejarah, tetapi sebuah perjalanan batin yang mengajarkan makna kemanusiaan dan pentingnya menjaga memori kolektif bangsa.

Melalui buku “Tsunami dari Kisah Mereka”, Prof. Yusri berharap generasi mendatang dapat terus mengingat peristiwa ini, mengambil pelajaran dari keteguhan para penyintas, serta menumbuhkan empati dan rasa syukur atas nikmat kehidupan yang seringkali luput kita sadari. 

Sumber : Am
Editor    : Redaksi (Ir)


© Copyright 2022 - Asumsi Publik - Informasi Berita Terkini dan Terbaru Hari Ini