Breaking News

Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh Munawar A Jalil Mengajak Masyarakat Perkuat Reusam dan Pageu Gampong Se-Aceh

Kapala dinas Pendidikan Dayah Aceh Dr. Munawar A. Jalil, MA.

BANDA ACEHKepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh Dr. Munawar A. Jalil, MA mengajak masyarakat memperkuat pageue gampong dan reusam Aceh melalui Pendidikan Agama, Terutama di Masjid maupun Dayah secara menyeluruh Se-Aceh guna melindungi generasi Muda dari ancaman derasnya arus teknologi yang berimbas kepada runtuhnya nilai-nilai ke Islaman Aceh. hal tersebut dikutip dalam media acehterkini.com melalui Rizki Manalu awak, Rabu, 15 Mei 2024.

Pendekatan Solusional yang menyasar kepada kepentingan dasar masyarakat , seperti pembangunan Manusia yang berakhlaqul karimah, tidak merusak lingkungan dan manusia serta baik secara Muamalah, Muasyarah dan Akhlaq adalah peran Dayah yang tak terbantahkan yang hari ini kiprahnya terlihat memudar dan nyaris tak memiliki dampak di masyarakat. 

Fungsi Ulama dan Santri disini untuk melakukan pembinaan Imaniah dan ‘Ubudiyyah masih sangat relevan bagi membangun manusia yang Sabar dan Tahan uji dalam menghadapi dinamika sosial, membangun kesadaran Pemimpin akan prilaku peduli dan simpati terhadap masalah sosial adalah Fungsi strategis Ulama dan Dayah dalam membentuk moralitas masyarakat Aceh.

Selain itu membangun jiwa yang kaya akan gagasan dan kaya secara sikap dan usaha merupakan landasan hadirnya Dayah di Nusantara. Terlebih Aceh Darussalam dalam hal membangun masyarakat yang takut kepada Allah ‘azza wa jalla dan dalam konteks membangun kepribadian yang bertanggung-jawab dalam menanggapi masalah sosial. Sebab tanda-tanda baiknya umat Islam adalah tatkala cita-cita Nurani mereka tertuju pada Negeri yang kekal selama-lamanya yaitu Akhirat. Dan fungsi ‘Ilmu adalah menumbuhkan kedekatan kepada Allah ‘azza wa jalla dan kecintaan terhadap Negeri Akhirat. Jika ‘Ilmu tidak menambahkan kedekatan kepada Sang Khaliq dan Negeri Akhirat maka artinya ‘Ilmu sedang berada ditangan orang-orang yang tidak Amanah.

Peran Dayah sebagai sumber mata air ‘Ilmu juga tidak dapat digantikan dengan Artificial Intelligent (AI) yang saat ini ditakutkan akan menggeser peran sentral Manusia dalam berkehidupan. Peran Ulama dalam mengembalikan kejayaan Islam dan membentuk masyarakat yang zuhud ( tidak merasa susah terhadap yang tidak ada dan percaya apa-apa yang disisi Allah jauh lebih banyak daripada apa yang ada di genggaman diri sendiri ), karena Zuhud adalah bukti kuatnya Iman yang mampu mengalahkan Gunung. Hingga praktik Suap-Menyuap yang melemahkan keberanian umat Islam bisa diberantas. Sehingga saat PILKADA maupun PILPRES yang lahir adalah pemimpin yang berprestasi bukan karena praktik culas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) serta Feodalisme yang membentuk prilaku memperbesar wadah kelembagaan sebagai jalan bagi-bagi jabatan Parpol pengusung kekuasaan.

Dayah, Ulama dan Santri adalah pilar yang mampu menggerakkan dan membangun Negeri Baldattun Thayyibatun Wa rabbun Ghafur. Selain itu Zuhud, Qanaah dan Tidak meminta-minta serta bersyukur atas apa yang ada merupakan sifat asli yang dikehendaki  ada dalam setiap diri umat Islam. Dengan menguatkan peran Ulama, Santri, Dayah dan Majelis ‘Ilmu diharapkan kebodohan akan sirna dan berganti dengan Fathanah (cerdas) secara epitomologi dan dapat memberi dampak positif persemakmuran ke seluruh entisitas masyarakat sehingga pengaruh Budaya orang-orang Kafir dapat diantisipasi, sebab kerusakan yang ditimbulkan dengan mengikuti pola dan Budaya orang-orang kafir tidak bisa dihindari selagi masyarakat terdiri dari orang-orang yang bodoh. Dan ini merugikan Nama Besar Aceh dikemudian hari.

Sementara itu, Kepala Dinas Dayah Aceh Dr. Munawar A. Jalil, MA mengatakan Dayah memiliki peran yang strategis dalam upaya mencerdaskan masyarakat tentang hakam-hukum Agama. Namun upaya memberikan dampak yang positif dimasyarakat ini perlu kolaborasi antara Orangtua di rumah, Aparatur Penegak Hukum, Keuchik dan Tuhapeut. Orangtua mengontrol anaknya dirumah tentang aturan keluar malam dan kedisiplinan. Aparatur Penegak Hukum berperan mengatasi masalah yang muncul. Dan Majelis Adat Aceh (MAA) dalam hal ini sebagai induk pranata sosial perlu berkolaborasi dengan Keuchik dan Tuhapeut dalam membentuk reusam dan pageu Gampong sehingga terwujudnya kontrol masyarakat.

"Harus kita akui banyak Orangtua ditempat kita yang belum mengambil peran kontrol kedisiplinan dan pendidikan terhadap anaknya, sehingga bisa saja terlibat dalam praktik krimininalitas semisal Judi Online, PSK Online, Pinjaman Online yang memiliki unsur Riba. Dan masih terabaikannya kontrol oleh masyarakat sebagai pageu gampong, yakni tentang aturan keluar-masuk gampong. Dan juga Peran Keuchik dan Tuhapeut membangun reusam belum bisa dikatakan maksimal untuk menyelamatkan Aceh dari dinamika masalah sosial termasuk kemiskinan yang disebabkan tidak mampu mengatur waktu dan melakukan aktfitas yang non produktif dalam waktu lama sehingga mengakibatkan kemiskinan. Dan juga belum pro-aktifnya Aparatur Hukum menegakkan syariat Islam, sehingga praktik khalwat dan pelanggaran Syaria’t Islam bisa ditangani dengan baik,” papar Kadis Dayah Aceh.

Apa yang dimaksud dengan kolaborasi dan sinergisitas yang sering kita ungkapkan adalah bukan melemparkan Tanggung-Jawab pembangunan Akhlaq kepada semua Unsur Forkominda dan stakeholder bahkan Lembaga turunan UUPA, akan tetapi kitalah yang lebih dahulu mencegah kriminalitas yang datang dari kebodohan dan kemiskinan yang datang juga dari lemahnya prinsip dan cita-cita untuk mengatur waktu dan tidak membuangnya sia-sia di warung kopi dalam waktu yang sangat lama. 

Peran Ulama, santri, dayah dan majelis ‘Ilmu adalah membangun kesadaran dan pengetahuan si Kaya tentang wajibnya membayarkan Zakat Mal ke Lembaga turunan UUPA yakni Baitul Mal Aceh dan membangun kesadaran sang Amil agar menyalurkannya sampai tuntas ke level zakat produktif kepada para si miskin dan fakir, gharim, muallaf, Ibnu Sabil yang rentan akan terjerumus dalam aktifitas judi online dan pinjaman online berunsurkan riba yang saat ini mudah di akses di warung-warung kopi yang tersebar di seluruh Jalan Protokol dilengkapi Wifi.

“ Ada 1800 Dayah di Aceh dan tercatat disisi kami ada 116.000 santri. Dengan kekuatan Dayah dan Santri diharapkan fungsi mencerdaskan masyarakat Aceh dari hal-hal yang dilarang oleh Syari’at Islam maka upaya ini perlu di dukung oleh semua pihak, sehingga peran dayah memiliki dampak positif di masyarakat Aceh. Peran strategis Dayah  dapat menggerakkan Aparatur Hukum dalam hal ini Wilayatul Hisbah dan Yudikatif untuk menyelamatkan masa depan Aceh. Kolaborasi dan sinergisitas semua unsur baik MAA sebagai induk pranata sosial di Aceh untuk menggerakkan Keuchik dan Tuhapeut menguatkan Reusam juga Mesjid untuk membentuk pengajian-pengajian dan Baitul Mal Gampong untuk menyasar masalah mendasar seperti akses modal, kesehatan, Pendidikan, Insidentil, biaya Pengobatan, kebutuhan pokok yang kian hari semakin melambung tinggi. Semua unsur perlu berkolaborasi.“ Jelas Dr. Munawar A. Jalil, MA.

Meningkatnya Jumlah orang yang ditanggung oleh BPJS boleh jadi penyakit yang ditimbulkan akibat meninggalkan pola hidup Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam sebagai Kiblat kehidupan paling sehat sepanjang masa adalah peran Ulama dan Santri untuk membuka cakrawala pemikiran orang Aceh agar mau mengikuti Thibbun Nabawi yakni pola hidup sehat ala Nabi kita Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam. Disebabkan karena kemiskinan masyarakat tidak peduli tentang syukur dan terjebak dalam mencari sumber rezeki yang haram seperti judi online dan tak jarang harus bergadang untuk mendulang rezeki haram secara priodik menyebabkan penyakit kronis. Dan dampak buruk ini jika tidak segera diatasi akan merugikan Negara dari segi biaya yang dikeluarkan untuk BPJS. Penyakit yang notabene lahir dari pola hidup yang tidak sehat akhirnya Negara juga lah yang berkontribusi menangainya.

Peran Dinas Dayah tidak hanya menyalurkan dana hibah untuk infrastruktur Dayah saja akan tetapi memelihara eksistensi Dayah di Aceh sebagai Agen perubahan dibidang edukasi masyarakat yang berlandaskan ketaqwaan kepada Sang Maha Raja. Sehingga keberadaan Dayah di Aceh mampu menjawab tantangan zaman dan berbagai masalah sosial yang hari ini menjadi fenomena yang tak terbantahkan. Kerjasama antara Mesjid, Dayah, MAA, Lembaga Wali Nanggroe, Baitul Mal, Keuchik, Tuhapeut dalam menguatkan persendian Syari’at Islam di Aceh adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi.

Sumber : Rizki Manalu Banda Aceh
Editor    : Redaksi
© Copyright 2022 - Asumsi Publik - Informasi Berita Terkini dan Terbaru Hari Ini