Breaking News

Harapan BPS Provinsi Aceh, Para Pejabat Harus Bisa Memahami Indikator Data Strategis Saat ini..!

BANDA ACEH Ahmad Riswan Nasution Kepala BPS Aceh mengundang para jurnalis dari berbagai media di Aceh secara informal untuk ngobrol santai di ruang kantornya di Kuta Alam, Banda Aceh, Selasa (2/7/24).

Sebelumnya BPS Aceh merilis berita resmi statistik yang memuat indikator-indikator data strategis Aceh seperti indeks harga konsumen, nilai tukar petani dan harga produsen gabah, ekspor dan impor, pariwisata, transportasi, profil kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk.

Kepala BPS Aceh sangat berharap agar indikator data strategis yang sudah dihasilkan oleh tim BPS dari masyarakat dapat dimanfaaatkan dalam mengambil kebijakan pembangunan bagi para pejabat yang berwenang di Aceh, yang nantinya akan berdampak kepada situasi dan kondisi perekonomian di masyarakat Aceh.

“Kami ingin uang yang sudah dikeluarkan dari APBN untuk mengumpulkan data dapat bermanfaat bagi masyarakat Aceh,” ujar pak Ahmad Riswan.

Lanjutnya, proses pengumpulan data hingga menjadi informasi publik melalui proses panjang, yakni tentang konsep yang digunakan, proses recruitment petugas, pelatihan petugas sensus, metode, perhitungan, agar data yang dihasilkan benar-benar valid, sehingga kebijakan yang diambil bermanfaat untuk rakyat Aceh.

BPS Aceh sangat berkeinginan agar data-data itu dapat menjadi acuan dalam mengambil kebijakan oleh pejabat publik. Hal ini sejalan dengan tagline, “BPS Aceh Bagian dari Solusi, Aceh Sejahtera Indonesia Maju”

Selanjutnya, Ahmad Riswan menaruh harapan yang sangat besar kepada masyarakat Aceh agar mau secara jujur memberikan data yang valid ketika sedang di survei oleh petugas BPS dilapangan apapun pertanyaannya, sebab identitas responden tidak akan dibocorkan. BPS Aceh hanya menghasilkan data aggregat,” ucap Ahmad Riswan.

Ahmad Riswan juga membesarkan hati masyarakat Aceh dengan mengatakan bahwa masyarakat Aceh tidak perlu berdukacita dengan label provinsi termiskin di Sumatera, karena pada Tahun 2005 di mana angka kemiskinan di Aceh sebesar 28,69%, sementara Bengkulu sebesar 22,18%. Dengan penurunan kemiskinan Aceh menjadi 14,23% pada Maret 2024 (Bengkulu sebesar 13,56%), menunjukkan kinerja penurunan kemiskinan di Aceh relatif baik.

Hal ini disebabkan,  Aceh memulai perjalanan pembangunan kembali dari peristiwa konflik dan tsunami yang meluluhlantakkannya. Bengkulu dan provinsi lainnya di Indonesia memulai perjalanan data itu nyaris tanpa pekerjaan rumah. Bahkan, Ahmad Riswan menilai kebangkitan Aceh pasca konflik dan tsunami sangat luar biasa, patut di apresiasi. “Aceh aman, tidak ada begal, kalau kita jalan-jalan ke pantai biaya makanan murah-murah,” ujar Ahmad Riswan.

Kepala BPS Aceh juga mengutarakan niatnya untuk membangun literasi angka dan data sebagai indikator kemajuan dengan menyusun tiga buah buku dalam tahun ini. Salah satu buku tersebut bercerita tentang “Kebangkitan Aceh dalam Angka dan Cerita, Dua Dasawarsa Pasca tsunami yang perlu diketahui masyarakat luar.

Kepala BPS Aceh juga sangat mengharapkan di Aceh bisa dibangun dengan sikap terbuka dan saling menghormati orang lain, agar syari’at Islam tidak jadi celah orang lain untuk mengolok-oloknya. “saya suka dan senang diberi amanah bekerja di Aceh karena orang Aceh baik-baik (sesuai dengan makna Pintu Aceh, dimana masyarakat Aceh bisa sangat akrab dengan penuh kehangatan apabila telah saling mengenal), jujur, kemauan maju sangat tinggi, karena itu perlu kita dorong,” lanjutnya.

Ahmadriswan berharap dan mendorong para pejabat publik dan berbagai pihak di Aceh meningkatkan literasi berbagai indikator data strategis Aceh seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, pariwisata, nilai tukar petani, ekspor impor, ketimpangan ekonomi, dan indikator data strategis lainnya dengan rutin mengikuti gelaran rilis Berita Resmi Statistik setiap awal bulan.

Hal ini disebabkan, pada saat rilis dari berbagai indikator strtaegis tersebut bercerita tentang berbagai fenomena dan keadaan kesejahteraan masyarakat. Besar harapan kepala BPS Aceh agar data itu digunakan sebagai eviden base policy atau pijakan membuat keputusan pembangunan dalam mengakselerasi pembangunan di Aceh yang berdampak besar kepada kesejahteraan masyarakat.

Insya Allah berita resmi statistik selanjutnya atau 1 Agustus 2024 akan digelar di Gedung Perpustakaan Aceh yang beralamat di Lamnyong. “Ini bagian implementasi kerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh juga kolaborasi BPS dengan Pemerintah Aceh dalam mengawal dan mengakselerasi pembangunan di Aceh,” ucap Ahmad Riswan.

BPS insya Allah akan menerbitkan tiga buah buku penting dalam tahun ini. Untuk menggapai tujuan pesan BPS Aceh bisa dengan persuasif tersampaikan, Pak Ahmad Riswan menggandeng seorang Profesor Ekonomi dan empat Jurnalis yang dianggap mampu menerjemahkan maksud BPS Aceh dalam bahasa yang bisa dipahami seluruh khalayak.

Buku pertama mengulas upaya memahami simbol-simbol atau bahasa ekonomi dalam laporan resmi statistik, sehingga dengan perluasan literasi ini masyarakat ke tingkat paling bawah sekalipun bisa mencernanya, dan bagaimana peran data statistik yang memuat informasi  laporan indikator statistik dan keuangan dapat digunakan optimal oleh pemerintah daerah untuk membangun Aceh. Buku pertama ini insya Allah akan diterbitkan tepat pada hari ulang tahun statistik 26 September 2024.

Buku kedua berisi proses kebangkitan Aceh pasca ditimpa dua ketetapan Allah yakni konflik dan tsunami. Dengan menggandeng jurnalis diharap buku ini kaya akan dokumenter, grafik, sambutan positif, pengalaman instrumental ekonomi, features perjalanan mengumpulkan data  bagaimana Aceh bisa bangkit hingga seperti sekarang ini.

Dan pada bagian akhir ada memorial dan keseimpulan sebagai ide rasional dan saran bagi pemerintah untuk melakukan akselerasi pembangunan, melakukan efektifitas penggunaan anggaran agar satu frekuensi  dan satu cita-cita dalam mengawal  pembangunan Aceh ke depan. Buku kedua ini Insya Allah akan diluncurkan saat peringatan tsunami 26 Desember 2024.

Buku ketiga bercerita tentang laporan dari 23 kabupaten/kota di Aceh yang merumuskan tantangan-tantangan pembangunan sosial-ekonomi selanjutnya pasca PON XXI dan Pilkada serantak akhir tahun.

Maksud buku ini persis sama dengan maksud kedua buku sebelumnya, agar pembangunan Aceh memiliki dasar data yang akurat sehingga antar kabupaten bisa bekerja sama dan menyelaraskan visi pembangunan jangka panjang untuk masa depan Aceh yang cerah bak matahari di pagi hari.

Sumber : Rizki Satria Manalu
Editor    : Redaksi (Ir)
© Copyright 2022 - Asumsi Publik - Informasi Berita Terkini dan Terbaru Hari Ini