BANDA ACEH | Pusat Riset Kita Kreatif Universitas Syiah Kuala (USK), Pemerintah Kota (Pemko) Banda Aceh, dan Polresta Banda Aceh melaksanakan kolaborasi strategis yang bertujuan untuk menggali dan mengidentifikasi potensi pemberdayaan ekonomi di Desa Alue Naga.
Inisiatif ini merupakan langkah penting dalam memanfaatkan potensi ekonomi desa secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan, Kamis (1/8/2024).
Kemitraan ini menggabungkan keahlian dari berbagai sektor untuk mencapai tujuan bersama. Pusat Riset Kita Kreatif USK akan berkolaborasi untuk mengidentifikasi peluang ekonomi dan merancang strategi pemberdayaan. Pemko Banda Aceh akan menyediakan dukungan kebijakan, regulasi, serta sumber daya yang diperlukan untuk implementasi rencana tersebut. Sementara itu, Polresta Banda Aceh akan berperan dalam memastikan keamanan dan stabilitas lingkungan, yang penting untuk menciptakan suasana yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Kolaborasi ini merupakan contoh nyata dari sinergi antara akademisi, pemerintah, dan aparat keamanan untuk mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi desa,” kata Ketua Dewan Pakar Kita Kreatif USK Prof. Dr. Mukhlis Yunus, SE., MS. “Dengan menggabungkan kekuatan dan keahlian dari berbagai pihak, kami berharap dapat mengembangkan strategi yang efektif untuk pemberdayaan ekonomi Desa Alue Naga dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat.”
Kegiatan pengabdian ini akan fokus pada beberapa sektor kunci di Desa Alue Naga, termasuk pertanian, kerajinan tangan, dan pariwisata. Tim pengabdian akan melakukan analisis mendalam mengenai potensi pasar, teknologi yang tersedia, serta kebutuhan dan aspirasi masyarakat setempat. Hasil dari pengabdian ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi strategis yang dapat diimplementasikan untuk memperkuat kapasitas ekonomi desa, meningkatkan akses pasar, dan mendorong pengembangan usaha lokal.
Selain itu, Pemko Banda Aceh akan membantu dalam mengimplementasikan kebijakan yang mendukung dan menyusun program-program yang dapat mengoptimalkan potensi ekonomi desa. Polresta Banda Aceh akan memastikan bahwa proses implementasi berjalan dengan lancar dan aman, serta memberikan dukungan dalam aspek penegakan hukum dan keamanan.
Inisiatif kolaboratif ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ekonomi di Desa Alue Naga tetapi juga dapat menjadi model sukses untuk pemberdayaan ekonomi desa lainnya di masa depan. Dengan dukungan yang kuat dari Pusat Riset Kita Kreatif USK, Pemko Banda Aceh, dan Polresta Banda Aceh, Desa Alue Naga diharapkan dapat mencapai pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Sementara itu Keuchik Gampong Alue Naga Faisal yang ditemui Atjehterkini.com berharap agar di desanya dibangun ‘break water' atau tanggul pemecah ombak sepanjang 300 meter disisi kanan dan kiri, dan kepada Pemerintah ia berharap agar sungai Alue Naga yang sudah mengalami kedangkalan bisa segera di keruk.
“Sekarang bagaimana merubah PR menjadi RP,” tukas Prof. Mukhlis. Maksudnya adalah permintaan masyarakat Alue Naga yang ingin memperoleh jalur yang lancar untuk perahu-perahu mereka harus di keruk kembali sedalam 2-3 meter. Bagi guru besar USK tersebut, asalkan kita semua berpikir positif PR (pekerjaan rumah) yang ada di Alue Naga bisa jadi RP (uang) untuk masyarakat Alue Naga dengan sistem manajemen yang baik dan transparan.
Senada dengan hal itu Panglima Laot Alue Naga Hasan Shaleh menginginkan agar Pemerintah Aceh membangun Tempat Pelelangan Ikan (TPI) untuk warga Alue Naga yang notabene 85% berprofesi sebagai Nelayan, dengan dibangunnya TPI diharap mereka bisa menjajakan ikan-ikan segar tadi di pasar tersebut dengan tampilan yang lebih tertata rapi, bersih dan higienis sehingga mampu menjadi daya tarik baru.
Kepala Dinas Pariwisata Aceh Almuniza Kamal juga menitikberatkan bahwa Alue Naga akan diusulkan ke Kementrian agar dapat menjadi titik wisata yang baru di Aceh, ia memohon dukungan semua pihak. “saya mengutip perkataan Pak Kapolresta Banda Aceh, yang penting bek rioh-rioh,” ujarnya.
Selain itu masyarakat Alue Naga sangat berharap Pemerintah memperhatikan akses jembatan yang putus akibat musibah tsunami Desember 2004 lalu hingga kini belum terealisasi meski sudah banyak politisi yang berjanji akan membangun jembatan tersebut.
Akses tersebut sangat vital karena warga yang ingin menyebrang ke kampung sebelah harus memutar ke arah Krueng Cut dengan jarak tempuh yang jauh.
Meskipun penduduk Alue Naga hanya 2.000 jiwa, akan tetapi pengguna jembatan itu nantinya banyak sekali.
Prof. Mukhlis yang menginisiasi program menggali potensi Alue Naga berhasil mengumpulkan Pejabat terkait di pertemuan hari itu.
Mulai dari Pihak Rektor USK, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pariwisata, Walikota Banda Aceh, Sekaligus merangkap Dinas Pengairan, DPMG, Camat, Keuchik dan Masyarakat Nelayan.
Keuchik Alue Naga Faisal berharap agar kegiatan ‘saweu gampong’ ini tidak hanya menjadi program seremonial belaka, akan tetapi ia berharap ada nya tindakan nyata.
Editor : Redaksi (Ir)
Social Header