Breaking News

Suara Hati “Ketika Rakyat Tenggelam, Pejabatnya Masih Sibuk Meremehkan”

ACEH | Banjir dipulau Sumatera bukan “drama medsos”. Ia nyata, sedingin kuburan, dan sepahit kenyataan yang tak mau ditelan, kebanjiran air, kematian, dan kehilangan. 

Rumah hanyut. Jembatan putus.

Warga terjebak di atap, menunggu pertolongan yang tak kunjung datang.

Anak-anak menggigil, perut kosong, mata bengkak menangis semalaman.

Itu bukan konten.

Itu kenyataan yang basah oleh air mata.

Sementara rakyat berpegangan pada batang pohon untuk tetap hidup, ada pejabat yang berpegangan pada kalimat konyol untuk tetap merasa benar:  “Banjir itu hanya mencekam di media sosial.”

Oh, bagus sekali.

Benar-benar luar biasa.

Banjir mungkin tidak mencekam bagi mereka— karena mereka berdiri di tanah kering, di balik meja, tanpa lumpur, tanpa bau anyir, tanpa melihat mayat, tanpa kehilangan apa pun kecuali empati. 

Mungkin satu-satunya air yang mereka lihat hanyalah air minum di gelas rapat yang tak pernah tumpah meski omongan mereka tercecer di mana-mana.

Rakyat sedang......berduka.


Sumber : Ernawati Latif 
Editor    : Redaksi 

© Copyright 2022 - Asumsi Publik - Informasi Berita Terkini dan Terbaru Hari Ini