BANDA ACEH | Lantai bersemen kasar. Dinding papan berlubang. Sementara atapnya, seng dibalut karat tebal. Rumah 15 x 7 itu berada di Desa Rimo, Aceh Singkil. Dihuni 12 orang. Seorang janda kepala rumah tangganya. Zubaidah.
“Kami bikin sendiri itu, bang. Kalau ayah yang pegang kayu, Hercules yang ketuk paku, atau sebaliknya.”
Hercules putra Tarzan. Ia ingin membahagiakan Zubaidah ibunya lewat sepakbola. Harapan itu mulai terang, setelah dirinya lolos tim PON Aceh.
Tarzan ‘memenuhi janji-Nya’ tahun 2021 karena sakit. Bersama Zubaidah pasangan ini dikarunia enam orang anak. Dua sudah menikah. Di rumah tersebut juga, keponakan Hercules yang masih kecil tinggal. Kerasnya hidup telah menempa Hercules menjadi ‘petarung.’
Sebagai bek kanan, ia sanggup lari naik dan turun dari area bertahan sendiri ke pertahanan lawan. Daya tahan dengan stamina yang meluap-luap di lapangan, membuat pemain kelahiran 2003 terlihat mencolok dibandingkan rekannya yang lain.
Staminanya di atas rata-rata tampak menjadi doa yang makbul dari sebuah nama. Hercules nama yang dipilih sang ayah. Saat SMP, ia memberanikan diri bertanya maksud namanya pada sang ayah.
Ayahnya suka menonton sinema. Nama Hercules terinspirasi dari film. Sama halnya dengan nama sang abang pertama, Samson. Abang yang kedua, Heman. Hercules dan Heman adalah dua tokoh dalam mitologi Yunani.
“Dibilang kuat, sebenarnya gak kuat kali. Cuma aku paksa, bang. Teringat keluarga aku. Sepakbola dan kesempatan bermain PON, menjadi jalan untuk merubah nasib keluarga. Nggak bisa aku ingat akh, bang,” matanya memerah, kala bercerita ihwal jalan hidupnya.
Pertautan Hercules dengan sepakbola dimulai tahun 2016. Saat masih mengenyam bangku sekolah dasar, anak kelima ini membela sekolahnya di ajang futsal. Timnya kalah, tapi takdirnya sebagai individu menang.
Moeharry, pelatih SSB Dragon mendekati Hercules, diajaknya Hercules untuk latihan di SSB itu untuk persiapan Piala Danone. Ajang bergengsi untuk usia muda.
Hercules kecil senang. Saban sore, ia berjalan kaki kurang lebih 10 menit menuju lapangan untuk mengasah kemampuan diri. Jarak tak membuatnya mengeluh. SSB Dragon juara Piala Danone Singkil, dan berkesempatan bermain di Piala Danone tingkat provinsi Aceh.
"Sedih juga kalau diingat, pas mau kompetisi gak ada lagi sepatu. Mamak yang berusaha, dapat sepatu pinjam dari anak tempat mamak kerja,” ungkapnya.
Sepatu dengan merek Specs berwarna biru, sejujurnya sedikit kebesaran di kaki mungil Hercules. Tapi tak jadi soal, baginya yang penting ada sepatu.
“Mamak yang minta sama keluarga tempat mamak kerja, mamak sering bantu-bantu di situ, bantu masak, bersih-bersih, banyak juga baju bekas di rumah itu menjadi baju kami yang mamak bawa pulang,” sebutnya.
Suaranya kian serak saat bertutur terkait peristiwa tersebut. “Kalau aku mati, mati lah sekalian di PON ini. Ingin dapat medali emas, untuk angkat derajat keluarga, banyak pengorbanan mamak,” jelasnya.
Tampil baik di Liga 3 Aceh tahun 2023/24 bersama PSAB Aceh Besar, menjadi tiket Hercules terpanggil seleksi tim sepakbola PON Aceh. Bakatnya terlihat oleh Mukhlis Rasyid yang menjadi pemandu bakat dalam penjaringan calon pemain PON.
Peran Eks PON Terhadap Hercules
Editia Darma, seorang penggawa PON Aceh yang meraih perak di PON Papua 2021 punya jasa besar untuk hidup Hercules. Perkenalan keduanya di Liga 3 Aceh 2022, saat sama-sama memperkuat PSAS Aceh Singkil.
Setelah kompetisi usai, Edi mengajaknya Hercules tinggal di rumahnya di Kajhu, Aceh Besar. Tujuannya satu, mudah akses tarkam jika Hercules tidak di Singkil.
“Baik kali Bang Edi. Dia suruh Hercules latihan selalu. Dia kasih uang juga untuk Hercule nge-gym. Bang Edi ingin Hercules juga lolos di PON,” kata Hercules.
Edi menuturkan, sepulang dari PON Papua, sebagai polisi dirinya masih ada jeda libur dinas sekitar seminggu. Ayahnya yang juga polisi bertugas di Singkil, dari Banda Aceh Edi ke sana untuk melihat adik kandungnya main bola.
“Waktu itu pulang ke Singkil tengok adik Edi main bola pantai. Kebetulan satu tim sama Hercules, di situlah pertama lihat,” ungkap Edi.
Di mata jebolan yang pernah membawa PPLP Aceh juara tingkat nasional, dan menjadi salah satu yang terpilih membawa Indonesia di ajang Asian School Game di Cina, Hercules menonjol dibandingkan anak seusianya.
Dirinya juga tau seperti apa lingkungan Hercules di kampung halaman. Membawanya ke luar Singkil, selain menyelamatkan Hercules dari patologi sosial, juga ikhtiar mengembangkan bakat anak tersebut.
“Saya tau keluarga dan lingkungan Hercules. Dia juga bilang ingin hidup dari sepakbola. Edi coba ajak pertama kali tarkam di Abdya, terus tarkam ke wilayah pantai timur Aceh ke Coach Mukhlis,” katanya.
Anaknya tidak neko-neko soal bayaran, mainnya juga bagus. Dari situlah Hercules kian berkembang, dan bisa hidup dari sepakbola.
Selama bisa aku bantu, aku bantu bang. Semoga Hercules sukses, dan meraih medali emas melampaui medali kami perak,” harapnya.
Selama bisa aku bantu, aku bantu bang. Semoga Hercules sukses, dan meraih medali emas melampaui medali kami perak,” harapnya.
Sumber : Ihsan masakini.co
Editor : Redaksi (Ir)
Social Header