![]() |
| Foto. Surya Yunus Anggota DPRK Bireuen (kiri), Bangunan Gedung Rawat Inap Yang sedang dibangun, [25/10/25]. Abd-72. |
BIREUEN | Beredar kabar isu tak sedap, Proyek pembangunan Ruang Rawat Inap Puskesmas Peudada tahun anggaran 2025 dalam beberapa Minggu belakangan ini kembali menjadi sorotan publik.
Diketahui, Setelah mencuat dugaan adanya kesalahan teknis yang dilakukan oleh pekerja pada awal pembangunan, "Cakar dan fondasi", kini giliran anggota DPRK Bireuen daerah pemilihan Peudada, Surya Yunus angkat bicara, dan ianya berjanji hal tersebut akan menjadi atensi khusus untuk melakukan sidak pengawasan langsung ke lokasi proyek. Hal ini diungkapkan melalui telpon selular kepada media, saat mengetahui Gedung Bangunan Rawat Inap Puskesmas Peudada Fondasi bersalah dan menjadi sorotan.
Proyek dengan nilai kontrak Rp1.558.499.000 itu dibiayai langsung melalui Dana Alokasi Umum (DAU) dan dikerjakan oleh CV. Karya Mandiri Grup, di bawah tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen.
Tak hanya itu, Menanggapi hal tersebut Surya Yunus mengatakan pihaknya tidak akan tinggal diam. Apalagi bangunan itu letaknya daerah dapil pemilihannya.
“Kami akan melakukan kunjungan ke lokasi pembangunan untuk memastikan kebenaran dugaan itu,” ujar Surya Yunus singkat kepada media ini, Selasa (28/10/2025).
Ketika ditanya kapan kunjungan akan dilakukan, politisi PAN tersebut dari daerah pemilihan Peudada itu belum memberikan waktu pasti.
“Nanti akan kami kabari lagi, yang jelas kami akan turun langsung,” tambahnya.
Sebelumnya, media 1fakta.com telah memberitakan pengakuan salah seorang mantan pekerja proyek bernama Amri, yang mengungkapkan adanya pergeseran fondasi sekitar 50 sentimeter dari gambar perencanaan sejak tahap awal pembangunan.
“Ketika pemasangan batu gunung dan pengecoran sumbu, saya sudah sampaikan ke pemborong di lapangan bahwa fondasi bergeser dari gambar kerja,” kata Amri kepada media ini, Sabtu (25/10/2025).
Amri mengaku sempat menyarankan agar dilakukan perbaikan agar struktur kembali sesuai rancangan. Namun, saran tersebut tidak sepenuhnya diindahkan.
“Saya bilang masih bisa diperbaiki. Tambahkan batu gunung supaya fondasi lebih tebal dan tetap di atas sloof agar bangunannya kokoh,” ungkapnya.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa akibat pergeseran itu, struktur cakar ayam (penguat fondasi) menjadi tidak lagi berfungsi optimal.
“Cakar ayam sudah tidak berfungsi maksimal. Besinya ada yang dipotong, lalu disuntik empat batang besi 8 mili di atasnya. Setelah itu pondasi diletakkan langsung di tanah tanpa menyatu dengan pondasi dasar yang memiliki ikatan batu gunung,” jelas Amri sambil memperlihatkan sketsa ilustrasi di atas kertas.
Amri menuturkan, meskipun telah menyampaikan keberatan, pekerjaan tetap dilanjutkan tanpa koreksi menyeluruh.
“Bangunan tetap dilanjutkan di atas fondasi itu. Saya dianggap memprotes pekerjaan, jadi saya memilih keluar saat fondasi selesai dan batu bata mulai dipasang,” ujarnya dengan nada kecewa.
Dugaan ini menimbulkan pertanyaan besar terkait pengawasan teknis dan kualitas pekerjaan proyek bernilai miliaran rupiah tersebut. Apalagi, bangunan tersebut akan digunakan untuk pelayanan kesehatan masyarakat, yang menuntut standar keselamatan tinggi.
Sejumlah pihak menilai langkah DPRK untuk turun langsung ke lapangan patut diapresiasi, sebagai bentuk kontrol terhadap penggunaan anggaran publik.(Abd-72)
Editor : Redaksi

Social Header