Breaking News

ROSPITA: Nyala Kecil yang Menantang Gelapnya Keraguan Bangsa

Narasi dibalik kerja nyata "Rospita Vici Paulyn

SULAWESI TENGGARA | Di negeri yang kadang terlalu ribut oleh suara-suara besar, justru ada satu keberanian yang lahir dari sosok kecil—seorang perempuan Indonesia yang tidak membawa pedang, tidak memakai pangkat, tidak diselimuti kekuasaan.

Ia hanya datang dengan kejujuran, akal sehat, dan tekad untuk menjaga kebenaran.

Namanya Rospita Vici Paulyn.

Pada hari sidang itu, ketika ruang Komisi Informasi dipenuhi tatapan, kamera, dan desakan publik, ia melangkah masuk tanpa ragu. Langkahnya pelan, tapi tegas. Tak ada sorotan lampu yang mengaburkan niatnya. Tak ada tekanan politik yang mampu membungkamnya.

Karena di dalam dirinya, ada sesuatu yang lebih kuat daripada rasa takut:

Martabat seorang perempuan Indonesia.

Ketika banyak orang memilih aman, ia memilih untuk berdiri di tengah badai.

Ketika banyak pejabat memilih diam, ia memilih untuk bertanya.

Ketika banyak yang menimbang kepentingan, ia menimbang nurani.

Di hadapannya tersaji persoalan besar bangsa—polemik ijazah seorang mantan presiden. Sebuah isu yang membuat banyak orang gemetar untuk menyentuhnya. Sebuah perkara yang menguji nyali siapa pun yang berani menyelaminya.

Namun Rospita tidak mundur.

Dengan mata tajam dan suara yang tidak bergetar, ia menanyakan satu per satu kejanggalan yang mestinya sudah dibereskan sejak lama: surat tanpa kop resmi, dokumen tanpa tanda tangan, SOP yang katanya tidak pernah ada, berkas yang tidak utuh. Ia menyisir setiap detail bukan untuk menyerang… tetapi untuk memastikan bahwa rakyat tidak dikhianati oleh kelalaian.

Dalam setiap kalimatnya, ada sikap tegas seorang ibu yang menjaga rumahnya. Dalam setiap pertanyaannya, ada keberanian seorang anak bangsa yang menjaga marwah negaranya.

Dan dalam setiap tatapannya, ada api kecil perempuan Indonesia yang tidak akan diredam siapa pun.

Karena Rospita tahu…

di ruang itu ia bukan sekadar komisioner.

Ia adalah cermin bagi jutaan perempuan lain—mereka yang sering dianggap lembut, tapi justru menyimpan ketegaran yang tidak dimiliki banyak pria.

Ia berdiri bukan untuk menjatuhkan seseorang. Ia berdiri untuk menegakkan terang. Untuk menyuarakan keadilan yang sering dipelintir. Untuk memastikan bahwa setiap lembar informasi publik dihargai sebagaimana mestinya.

Dan ketika sidang berakhir, satu hal menjadi jelas: Di tengah kekacauan politik dan kabut kebohongan, masih ada perempuan Indonesia yang berani berdiri lurus.

Perempuan yang tidak berteriak, namun suaranya menggema. Perempuan yang tidak mencari sorotan, namun tindakannya menyinari.

Perempuan yang tidak besar dalam jabatan, namun besar dalam integritas.

Rospita Vici Paulyn bukan sekadar nama. Ia adalah bukti bahwa keberanian tidak selalu lahir dari kekuatan besar…

Kadang—bahkan sering—keberanian justru lahir dari hati seorang perempuan yang memilih untuk berkata:

“Kebenaran harus dibuka. Dan saya tidak akan mundur.”

Sumber : Ernawati Latif Sultra.
Editor    : Redaksi 

© Copyright 2022 - Asumsi Publik - Informasi Berita Terkini dan Terbaru Hari Ini