BANDA ACEH | Setelah gegap gempita masa kampanye dan debat para Kandidat Cagub/Cawagub, Cabup/Cawabup serta Cawalkot dan Calon Wakil Walkot serta Timses masing-masing Paslon mempromosikan diri untuk menyakinkan para pemilih dalam Pilkada Aceh 2024, kini masa atau minggu tenang telah dimulai sejak tanggal 24 November 2024, tidak boleh lagi ada kampanye, ajakan dan bujukan para pemilih untuk memilih paslon tertentu. Semua harus patuh pada aturan ini, Selasa (26/11/24).
Sehubungan dengan itu, kami dari beberapa media, berusaha untuk menjumpai Prof TM, biasa kami memanggilnya untuk meminta petuah, tanggapan, dan pesan jelang masa pemilihan. Di sebuah Warkop di pusat Kota Banda Aceh, sore ini kami bertemu dan bicara santai. Sambil bercanda, Prof. TM, mengatakan bahwa Pilkada Aceh 2024 sepertinya sangat sejuk, karena sejak kemarin Allah Swt telah menurunkan hujan sebagai rahmat untuk kita. Sambil tersenyum Pak TM, melanjutkan mari dalam momentum dan masa tenang ini kita gunakan untuk bermuhasabah, berzikir, berpikir serta menentukan sikap untuk memilih Calon yang sesuai dengan hati nurani kita masing-masing tentu dengan bebas dan merdeka, tanpa rasa takut dan ada pihak lain yang memaksa. Saya percaya, warga masyarakat Aceh sangat cerdas, santun dan beradab dalam soal ini, sebutnya.
Ketika masa tenang kampanye pemilihan kepala daerah atau Pilkada 2024 telah diberlakukan, maka Badan Pengawas Pilkada atau KIP Aceh sebagai penyelenggara mengimbau seluruh pasangan calon, termasuk timsesnya ataupun simpatisan, agar tidak melakukan kampanye pada masa tenang. Sejumlah pihak mengimbau masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada Pilkada Aceh 2024 dengan baik. Semua pihak mengajak masyarakat memilih calon pemimpin yang sesuai dengan hati nurani tanpa terpengaruh dengan politik uang atau money politics. Pilkada 2024 akan digelar serentak pada tanggal 27 November 2024 di 34 provinsi dan 508 kabupaten/kota, termasuk di Provinsi Aceh.
Gegap gempita pesta demokrasi atau pilkada Aceh sudah dimulai dan kini harus berakhir. Para Calon dan timnya telah berkampanye. Kini tinggal rakyat yang akan bersikap. Sebagai negara demokrasi, Aceh pun dituntut terus melakukan regenerasi kepemimpinan, mulai dari tingkat kabupaten/kota hingga kepemimpinan tingkat provinsi. Regenerasi kepemimpinan daerah melalui Pilkada, tentu akan banyak dinamika. Tentu saja itu wajar dan mari kita jadikan dinamika tersebut dalam perbedaan pilihan sebagai modal dan kekuatan untuk persatuan bangsa dan jangan jadikan perbedaan itu sebagai "musuh" dalam berdemokrasi, ucap Prof. TM.
Selanjutnya, Pak TM mengemukakan mari jadikan Pilkada Aceh ini sebagai contoh yang baik dalam memilih dengan bebas, jujur, adil dan rahasia tanpa ada unsur ancaman atau main gertak-gertakan. Jika main ancaman itu tak indah dalam berdemokrasi dan berbangsa.
Menurutnya, isu asal daerah, asal parpol, siapa pendukungnya, dan "bukan kelompok kita" yang acapkali digunakan oleh paslon atau timses termasuk penggunaan isu politik uang, menguatnya populisme, serta "politik sektoral" yang menjadi tantangan yang sangat berat dalam jalannya Pilkada Aceh, harus segera untuk dihentikan. Dalam kaitan ini Pak TM, berpesan kepada kita semua : Pertama, pemilih harus melakukan tracking terhadap rekam jejak Paslon sebelum menentukan pilihan di hari H nanti untuk calon kepala daerah. Rekam jejak dalam kaitannya dengan integritas, kepribadian dan tidak arogan atau bermain kasar siapapun dia.
Pesanya Kedua, agar kita menghindari berbagai penyakit demokrasi, seperti intervensi politik uang, penggunaan isu-isu negatif dan fitnah serta upaya memecah-belah persatuan yang lainnya, agar estafet kepemimpinan Aceh yang dilakukan pada Pilkada 2024 mampu menghasilkan pemimpin yang baik dan diharapkan masyarakat.
Sementara Pesan Ketiga, kenyamanan masyarakat perlu diperkuat, dengan tetap aman untuk menyampaikan kritik secara bertanggungjawab baik secara langsung maupun melalui media sosial kepada siapa pun dengan cara-cara yang bermoral dan beradab.
Bagaimana mungkin bangsa ini akan bermoral jika upaya untuk merebut kekuasaan dengan cara-cara yang tak bermoral, ucap Pak TM. Oleh karena itu, semua kita harus saling menghormati satu sama lain, ungkapnya.
Selanjutnya, Pak TM berpesan juga kepada Pj Gubernur, Pj Bupati, dan Pj Walikota, agar memantau dan menjaga benar-benar netralitas PNS di daerahnya masing-masing selama Pilkada serentak berlangsung. Jangan sampai ada yang memancing di air keruh, sehingga membuat tak nyaman bagi semuanya. Ini harus menjadi catatan penting bagi kita. Tunjukkanlah cara berpolitik yang baik dalam suasana bergembira dan nyaman.
Kemudian, Berhentilah kepada semua pihak untuk berkomentar yang tak mendidik. Misalnya, ada TPS rawan, daerah rawan atau situasi lain yang tak aman. Semua ucapan itu harus dihentikan. Jangan sampai terkesan pihak keamanan tak siap untuk menyejukkan kita. Ini tak baik untuk masyarakat, ungkapnya.
Akhirnya, Prof TM, menghimbau kepada para kotestan atau Paslon untuk bertanding secara sehat dan santun. Jika menang dalam pertandingan jangan sombong dan arogan. Begitu juga sebaliknya, jika kalah dalam pertandingan jangan justru mengajak atau menghasut para pendukungnya untuk ngamuk dan melawan atau menuduh pihak lain curang. Semua itu tak baik dalam proses politik yang bermartabat. Jangan kata bermartabat hanya dalam ucapan, pangkas Pak TM.
Untuk warga masyarakat, Pak TM berpesan : harus menjadi pemilih yang bertanggung jawab, cerdas, agar memilih yang betul-betul bisa memimpin daerahnya, pemimpin yang amanah, kemudian jujur dan dapat dipercaya, profesional dan berintegritas baik serta berpihak kepada rakyat.
Di akhir wawancara kami dengan Prof TM, sambil berkelakar, meski terlihat di wajahnya sangat serius, beliau mengatakan : "Siapapun nanti yang terpilih dalam Pilkada Aceh 2024, itulah Yang Putra Terbaik Aceh, terimalah dengan senang hati dan berilah dukungan sepenuhnya agar mereka mampu membangun Aceh ke depan lebih baik. Untuk itu, bagi Paslon Siapkanlah mental untuk menang atau kalah. Ini penting." Karena itu, lanjutnya, tak semua orang siap untuk menerima kalah. "Tanamkanlah dalam hatimu wahai Paslon, Yang Menang Belum Mereka Hebat, Tapi Yang "Bernasib Baiklah" yang menang itu. Maka "Nasib Baik" tak pernah kembali kepada orang-orang yang berniat jahat, tutup Prof. TM dengan bahasa yang sangat puitis dan filosofis ini. Kita berdo'a Semoga Pilkada Aceh 2024 dapat berjalan aman, lancar dan sukses !
Editor : Redaksi (Ir)
Social Header