BANDA ACEH | Tepat satu hari sebelum pelantikan Muallem-Dek Fadh sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh 2025-2030, Forum Komunikasi Doktor Aceh (FKDA) resmi dibuka oleh penasehat forum DR. Mufakhir Muhammad, MA, H.A, Selasa (11/2/2025) di Aula Perpustakaan Wilayah Aceh, Lamnyong.
FKDA ini akan melakukan diplomasi dengan Gubernur Aceh Muzakkir Manaf agar diizinkan berkantor di salah satu ruangan Gedung Wali Nanggroe.
"Forum Doktor ini nanti akan kami minta kepada Gubernur terpilih agar diberi tempat khusus di Gedung Wali Nanggroe”, tutur penasehat FKDA Mufakhir Muhammad.
Pada hari itu hadir sejumlah keynote speaker seperti mantan kepala Dinas Pendidikan Aceh masa Irwandi Yusuf yakni DR. Mohd. Ilyas, MM.
"Dalam kesempatan itu ia menyinggung salah satu butir MoU Helsinki nomor 116 yang berisi membolehkan Aceh merancang kurikulum pendidikan sesuai tradisi, kearifan lokal dan adat istìadat setempat.
“Aceh belum memiliki konsep dan kurikulum yang sesuai dengan kearifan lokal dan adat istiadat yang memperkuat jati diri Aceh”, ucap Mohd. Ilyas.
Selama ia aktif dalam dunia pendidikan di Aceh yakni 40 tahun, hampir semua produk buku yang digunakan sebagai bahan ajar disekolah-sekolah ditulis oleh bukan orang Aceh.
Ketua FKDA DR. M. Yusuf Qardhawy, MH, CPM pada hari itu sebelumnya berkata kepada Asumsipublik.id bahwa pendidikan di Aceh harus berbasis dan menjurus kepada sifat Ihsan dan Ketaqwaan.
“Bagaimana kita bisa mendidik manusia itu ia selalu merasa dilihat dan diawasi oleh Allah, ini adalah sifat Ihsan”, tutur Tgk. Yusuf Qardhawi, Ahad (10/2/2025) di Zema Warkop, Keudah.
Lebih lanjut Tgk. Yusuf Qardhawy mengatakan akan bersikap totalitas dalam memberikan pandangan bagi kemajuan pendidikan di Aceh.
“Forum komunikasi para doktor ini akan all-out mengawal pemerintahan Muallem-Dek Fadh”, ujarnya.
Forum ini dibentuk bertujuan untuk merumuskan dasar-dasar rekomendasi kemajuan bidang pendidikan di segala tingkatan dan bidang untuk dijalankan oleh pemerintahan Muallem dan Dek Fadh.
Dalam forum diskusi hari itu turut pula dihadiri DR. Abd Syukur, M.Ag mewakili Kementerian Agama bidang pendidikan provinsi Aceh, dalam kesempatan itu ia menyampaikan pentingnya program baca-tulis Al-Qur’an dan membaca kitab kuning (turats) sejak sekolah dasar.
“Mereka bisa menjadi orang yang menggunakan Ilmu Al-Qur’an dan Kitab kuning ketika memimpin”, tukas Abd. Syukur.
Dikesempatan yang sama FGD tersebut turut pula menghadirkan Prof. DR. Saifullah Idris, M.Ag sebagai narasumber, beliau memaparkan pentingnya mempersiapkan merestorasi dayah hingga sanggup menjawab tantangan Indonesia Emas 2045.
Namun kekuatan kolaborasi sangat ditekankan, agar tujuan tadi menjadi realistis. Kekuatan kolaborasi harus kita bangun agar pendidikan kita bisa menuju kegemilangan”, tukasnya.
Di acara FGD membedah visi dan misi Gubernur terpilih tersebut juga dihadiri oleh DR. Tgk. Jamaluddin Thaib, MA sebagai sekretaris FGD dan DR. M. Syarif, MA sebagai narasumber yang lain.
Ruangan Aula sore itu di isi oleh antusiasme berbagai pertanyaan dan masukan tamu FGD yang hadir.
Ibu Syarifah menyarankan agar Aceh sedikit berbeda haluan dalam kebijakan pusat terkait makan siang gratis, menurutnya untuk memajukan pendidikan di Aceh dana anggaran makan siang gratis dialihkan saja kepada pendidikan gratis semua tingkatan.
“Aceh dengan keistimewaannya mengatur kebijakan pendidikan sendiri boleh saja mengalihkan dana makan siang gratis untuk pendidikan gratis”, ucap Ibu Syarifah.
Sementara Zulkifli seorang tokoh adat dari Aceh Tamiang berkata pentingnya kembali menuliskan sejarah Aceh secara lengkap, utih dan komprehensif.
Sebab dulu Aceh punya buku ‘Aceh Sepanjang Abad’ yang sudah hilang pada era 1990-an. “Buku ‘Aceh Sepanjang Abad’ sudah dihilangkan, mari kita tulis kembali” tuturnya.
Selain itu Zulkifli menambahkan Aceh boleh meniadakan lagu ‘balonku ada lima’ yang nihil dari nilai spritual untuk anak usia dini.
Lebih baik digantikan dengan pelajaran ketauhidan. Begitu juga senam pagi yang tidak ada unsur keagamaannya, lebih baik digantikan dengan praktik latihan Haji dan Umrah.
“Dengarlah lagu balonku ada lima, apakah ada nilai pendidikannya?”, ujar Zulkifli.
Lanjut Zulkifli “Begitu pula senam yamg di iringi oleh musik-musik, agar diganti saja dengan latihan tawaf”.
Sudah saatnya pendidikan di Aceh ditata ulang kembali agar kualitas sumber daya manusia berbasis ketaqwaan dan pengenalan karakter Aceh bisa dilaksanakan oleh pemerintahan Aceh yang baru.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Aceh DR. Edi Yandra, S.STP, MSP yang dikonfirmasi Asumsipublik.id mengatakan jika tak ada aral melintang Insya Allah ruangan Aula bisa dipakai untuk FGD para Doktor Akademisi untuk berdiskusi apa yang harus di implementasikan oleh pemerintah Aceh kedepan.
“Kalau sudah keluar SK-nya nanti bakal selalu buat diskusi diruangan ini setiap bulan”, ujarnya.
Sumber : RSM
Editor : Redaksi
Social Header